Terima Kasih
Pagi tadi adalah kelas terakhir Bu Ning, sekaligus momen perpisahan dengan salah seorang guru yang aku kagumi. Seperti kata pepatah, tiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan setiap orang ada masanya.
Sebelum diajar Bu Ning, aku merasa PKN adalah pelajaran yang membosankan dan menyebalkan. Tetapi di kelas 2, Tuhan memberiku jalan dengan diajar oleh seorang guru yang lebih berumur, lebih keibuan. Ahh, definisi kelas PKN yang menyenangkan. Apabila waktu boleh kuulang, aku akan sangat menghargai tiap dialeg yang keluar dari Bu Ning. Sayangnya per hari cerita ini ditulis, Bu Ning telah memasuki masa purnatugas.
Bu Ning adalah sosok yang cukup tegas, disiplin tingkat tinggi, dan sangat tidak menyukai siswa yang berbuat curang saat ulangan. Tapi di balik sisi tegas, ia adalah orang yang fair, lovely, and fun. Tak jarang ia memberikan senyum ketika aku menyapanya.
Aku adalah orang yang selalu mengingat perkataan orang, baik itu baik maupun buruk. Kata-kata yang Bu Ning ucapkan akan selalu membekas di ingatanku adalah,
“Rencanakan dengan baik apa yang akan kau kerjakan. Kerjakan dengan baik apa yang telah kau rencakan.”
Melalui cerita ini, aku ingin mengucap ribuan terima kasih pada Bu Ning yang telah memberikan ilmu, motivasi, serta dorongan untuk hidup ke depannya. Semoga Bu Ning sehat selalu, diberi umur panjang, serta kelancaran atas segalanya.
Terima kasih, Bu Ning. Akan aku ingat seumur hidup.
Cerita ini ditulis untuk menutup hari Jumat yang cukup melelahkan selepas futsal dengan mendengarkan lagu Semua Aku Dirayakan — Nadin Amizah.